Trend Angka Kemiskinan di Muaro Jambi Meningkat

MUAROJAMBI – Angka kemiskinan di Kabupaten Muarojambi sepanjang dua tahun terakhir belakangan ini terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS), trend peningkatan angka kemiskinan di Bumi Berjuluk Sailun Salimbai ini terjadi sejak 2020.

Badan Pusat Statistik Muarojambi melaporkan, pada 2020 angka kemiskinan di wilayah Muarojambi tercatat sebanyak 17.300 jiwa atau 3,83 persen penduduk yang terbilang miskin.

Trend peningkatan angka kemiskinan kembali berlanjut setahun kemudian, dimana pada tahun 2021 angka kemiskinan di wilayah Muarojambi tercatat sebanyak 20.490 jiwa atau 4,53 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik Muaro Jambi Irna Afrianti menyampaikan, angka kemiskinan di Muarojambi sepanjang dua tahun terakhir memang mengalami peningkatan. Peningkatan itu sekitar 3.190 penduduk atau sekitar 0,7 persen.

“Iya benar, angka kemiskinan di Muarojambi mengalami kenaikan di tahun 2021,” kata Irna Afrianti Rabu (12/01/22).

Irna Afrianti mengatakan, adanya kenaikan jumlah penduduk miskin di Muaro Jambi ini kemungkinan disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19. Irna menyebut, untuk wilayah Provinsi Jambi, angka kemiskinan di Muaro Jambi termasuk dalam kategori terendah kedua.

“Kemungkinan kenaikan ini disebabkan oleh adanya penduduk yang terkena dampak dari pandemi Covid-19 ini. Kalau dari sisi persentasi nya kita dua terendah. Jadi, yang paling terendah penduduk miskin nya itu Kota Sungai Penuh kemudian baru Muarojambi,” katanya.

Ibu tiga anak itu menjelaskan, BPS menentukan angka kemiskinan melalui angka Survei Sosial Ekonomi Nasional dengan melihat dari faktor konsumsi pangan maupun non pangan. Indikator itulah yang dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan garis kemiskinan.

“Kalau untuk di Kabupaten Muarojambi, pada 2021 garis kemiskinan sekitar Rp.425.294 per kapita per bulan,” jelasnya.

Perempuan kelahiran surabaya itu juga menyampaikan, penduduk miskin itu adalah penduduk yang konsumsinya rendah dan hanya mampu memenuhi dibawah standar garis kemiskinan yang seharusnya.

“Jadi kita tidak melihat sampai ke ciri-ciri fisiknya,tetapi kita melihatnya dari sisi konsumsinya. Apakah sudah terpenuhi konsumsi dari setiap individu untuk kebutuhan dasar hidupnya itu,” tandasnya. (mjk)

Komentar