Oleh: Muji Lestari, SE, MA (Plt Kepala BPS Kabupaten Bungo)
TAHUN 2021 akan segera berakhir. Tahun 2021 adalah tahun yang penuh tantangan berat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Semua dipaksa melakukan perubahan (transformasi) dan penyesuaian (adaptasi) agar dapat mencegah, mengurangi dan mengatasi kasus Covid-19. Bencana dan pandemi Covid-19 selain membawa dampak korban dan kerugian juga menyebabkan perubahan perilaku baik pemerintah daerah, pelaku usaha dan rumah tangga.
Pemerintah daerah harus melakukan penajaman (refocusing) belanja dengan fokus pada penyediaan fasilitas kesehatan, vaksinasi, serta bantuan dan perlindungan sosial. Pelaku usaha juga harus membatasi dan mengurangi kegiatan ekonomi. Rumah tangga dipaksa menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan menyesuaikan kegiatan dengan perkembangan kasus Covid-19.
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana dampak bagi kinerja Provinsi Jambi tahun 2021 dan bagaimana prospek tahun 2022? Tulisan singkat ini menekankan pada kajian pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, kemiskinan dan pembangunan manusia.
Baca juga : Hendak Selamatkan Keponakan, Linda Malah Tewas Tenggelam
Evaluasi Kinerja 2021
Kinerja ekonomi Provinsi Jambi tahun 2021 menunjukkan peningkatan dibanding tahun 2020. Sampai dengan triwulan III pertumbuhan ekonomi Jambi meningkat dari minus 0,85 persen pada tahun 2020 menjadi 5,91 persen pada tahun 2021. Laju pertumbuhan ekonomi Jambi nomer dua dari seluruh provinsi di Sumatera setelah Kepulauan Bangka Belitung sebesar 6,11 persen. Sumber utama pertumbuhan ekonomi Jambi berasal dari lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial (22,84 persen), pertambangan dan penggalian (9,58 persen), serta, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (9,42 persen). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Jambi berasal dari ekspor barang dan jasa (15,71 persen), pembentukan modal tetap bruto (7,36 persen), pengeluaran konsumsi rumah tangga (2,59 persen).
Fluktuasi kegiatan ekonomi umumnya berdampak pada inflasi. Namun, tingkat inflasi Provinsi Jambi dibanding daerah lain relatif baik. Tingkat inflasi di Jambi dihitung dari tahun ke tahun pada November 2021 mencapai 1,89 persen sedikit lebih tinggi dibanding laju inflasi nasional sebesar 1,75 persen. Sumber utama inflasi Jambi berasal dari kelompok makanan, minuman dan tembakau kemudian diikuti oleh kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya; kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga; serta kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga.
Berdasarkan data BPS Agustus 2021 tingkat pengangguran terbuka di Jambi menurun dari 5,13 persen pada Agustus 2020 menjadi 5,09 persen. Secara nasional, tingkat pengangguran Jambi meskipun lebih rendah dibanding nasional (6,49 persen), tapi termasuk tinggi dibanding provinsi lainnya. Tingkat pengangguran tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 9,91 persen. Pada periode yang sama tingkat pengangguran di perdesaan di Jambi menurun dari 4,10 persen menjadi 4,04 persen, sementara tingkat pengangguran di perkotaan meningkat dari 7,26 persen menjadi 7,32. Berdasarkan wilayah, tingkat pengangguran tertinggi di Kota Jambi sebesar 10,66 persen. Tiga kabupaten dengan tingkat pengangguran lebih tinggi dari Provinsi Jambi adalah Bungo (5,86 persen), Muaro Jambi (5,86 persen) dan Sarolangun (5,52 persen).
Angka kemiskinan Jambi meningkat dari 22.072 jiwa atau 7,58 persen pada Maret 2020 menjadi 23.637 jiwa atau 8,09 persen pada Maret 2021. Angka kemiskinan Jambi lebih rendah dari angka kemiskinan nasional (10,14 persen) dan provinsi lain di Sumatera seperti Aceh (15,33 persen), Bengkulu (15,22 persen), Sumatera Selatan (12,84 persen) dan Lampung (12,62 persen).
Perbandingan antardaerah menunjukkan bahwa angka kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dari perdesaan. Angka kemiskinan perkotaan meningkat dari 10,41 persen pada Maret 2020 menjadi 11,52 persen pada Maret 2021. Sementara angka kemiskinan perdesaan meningkat dari 6,23 persen menjadi 6,42 persen. Ada lima daerah dengan angka kemiskinan lebih dari 8 persen, yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur (11,39 persen), Tanjung Jabung Barat (10,75 persen), Batanghari (10,05 persen), Merangin (9,11 persen) dan Sarolangun (8,87 persen).
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jambi pada tahun 2021 mencapai 71,63 atau meningkat 0,34 poin (0,48 persen) dibanding tahun 2020 (71,29). IPM Jambi termasuk kategori tinggi, namun masih di bawah IPM nasional (72,29), dan di bawah Provinsi Kepulauan Riau (75,79), Riau (72,95) dan Sumatera Barat (72,65). Nilai IPM di Jambi yang termasuk tinggi adalah Kota Jambi (79,12) dan Kota Sungai Penuh (75,70), sementara kabupaten lain masih kurang dari rata-rata IPM nasional.
Secara keseluruhan, kinerja Provinsi Jambi tahun 2021 relatif baik dibanding provinsi lain, namun masih perlu bekerja keras untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan mengatasi kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan sangat diperlukan agar dapat menciptakan kesempatan kerja dan mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Baca juga : Kaya Objek Wisata, Miskin Akses Jalan
Prospek Jambi 2022
Percepatan pemulihan ekonomi dan perbaikan kinerja pembangunan Provinsi Jambi pada tahun 2022 sangat dipengaruhi oleh perkembangan isu strategis global, nasional dan lokal.
Lembaga Keuangan Internasional (International Monetary Fund-IMF) dan Bank Dunia (World Bank) memberikan catatan tentang perkiraan 2021 dan prospek pemulihan ekonomi dunia tahun 2022. Dalam laporan bulan Oktober 2021, IMF memperkirakan perekonomian global akan tumbuh dari minus 3,1 persen pada tahun 2020 menjadi 5,9 persen pada tahun 2021 dan sedikit turun menjadi 4,9 persen pada tahun 2022. Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju diperkirakan akan menurun dari 5,2 persen pada tahun 2021 menjadi 4,5 persen pada tahun 2022. Sementara pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia juga menurun, tapi tetap lebih tinggi dari negara-negara maju. Pertumbuhan ekonomi Asia diperkirakan sebesar 7,2 persen pada tahun 2021 dan turun menjadi 6,3 persen pada tahun 2022.
Perkiraan Bank Dunia sedikit lebih rendah dibanding IMF. Menurut Bank Dunia perekonomian global akan tumbuh dari minus 3,5 persen pada tahun 2020 menjadi 5,6 persen pada tahun 2021 dan sedikit turun menjadi 4,3 persen pada tahun 2022. Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Pasifik diperkirakan sebesar 7,7 persen pada tahun 2021 dan 5,3 persen pada tahun 2022.
Isu strategis yang akan berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi global pada tahun 2022 adalah adanya gangguan pasokan pangan dan bahan baku, dan meningkatnya inflasi di negara-negara maju, kurang efektifnya penanganan pandemi Covid-19 di negara-negara berkembang, serta merebaknya varian Covid-19 Delta dan varian baru lainnya di seluruh negara.
Negara-negara di Asia tetap menjadi motor penggerak ekonomi dunia. Hal ini berdampak pada percepatan pemulihan ekonomi nasional tahun 2022. Menurut Pemerintah, pertumbuhan ekonomi tahun 2022 diperkirakan akan berkisar pada 5,0 persen sampai 5,5 persen. Pertumbuhan ini lebih baik dibanding tahun 2021. Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan meningkat dari 3,2 persen sampai 4,0 persen pada 2021 menjadi 4,7 persen sampai 5,5 persen pada tahun 2022.
Salah satu indikasi dari pemulihan ekonomi nasional adalah meningkatnya nilai ekspor. Menurut data BPS terakhir, nilai ekspor Indonesia Januari–November 2021 mencapai 209,16 miliar dolar AS atau naik 42,62 persen dibanding periode yang sama tahun 2020. Ekspor nonmigas mencapai 197,98 miliar dolar AS atau naik 42,00 persen. Kenaikan ekspor nonmigas merupakan pertanda meningkatnya aktivitas ekonomi. Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–November 2021 naik 35,42 persen dibanding periode yang sama tahun 2020, demikian pula ekspor hasil pertanian naik 4,03 persen, dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 94,28 persen.
Isu strategis yang diperkirakan akan berdampak pada pemulihan ekonomi nasional tahun 2022 antara lain adalah masih adanya potensi penyebaran Covid-19 dan varian baru, belum lancarnya mobilitas barang dan penduduk antardaerah, tertundanya investasi di sektor produktif seperti industri pengolahan dan pariwisata, serta belum lancarnya arus masuk wisatawan luar negeri.
Perkiraan pemulihan ekonomi dunia khususnya negara-negara di Asia Pasifik dan sinyal positif dari pemulihan eknomi nasional memberikan prospek baik bagi Jambi pada tahun 2022. Kenaikan komoditas batubara, kelapa sawit dan komoditas lainnya di pasar internasional mempunyai manfaat positif bagi perekonomian nasional dan Jambi. Perekonomian Jambi pada tahun 2022 diperkirakan akan tetap tumbuh yang diikuti dengan perluasan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Baca juga : Tim Sultan Polres Tebo Tangkap DPO Curas
What Next
Momentum pemulihan ekonomi Jambi tahun 2022 harus dimanfaatkan oleh seluruh pelaku dengan sebaik-baiknya dengan kerjasama dan kemitraan pentahelix yang melibatkan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, pelaku usaha swasta, perguruan tinggi, masyarakat dan media.
Langkah yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa adalah pertama, mengembangkan dan menguatkan rantai nilai (value chain) mulai dari produksi di desa dan kecamatan sampai pada pengolahan, pengangkutan, logistik dan perdagangan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Salah satu syarat dari penguatan rantai nilai adalah peningkatan produktivitas petani, nelayan dan pekebun; penguatan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi; serta pengembangan kerjasama yang solid antardinas di provinsi, antara dinas provinsi dan dinas kabupatten/kota, dan antara dinas provinsi, dinas kabupaten/kota dengan kecamatan dan pemerintah desa. Kerjasama dan koordinasi antarjenjang pemerintahan ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas belanja daerah serta ketepatan program dan kegiatan pembangunan dalam meningkatkan pelayanan public dan menggerakkan ekonomi daerah.
Kedua, mengembangkan kawasan strategis dengan dukungan dari kementerian/lembaga dan pelaku usaha. Ketiga, melakukan revitalisasi pembangunan kecamatan dan desa/kelurahan sebagai basis sebagai pusat pelayanan, pusat pertumbuhan dan pusat perubahan. Keempat, meningkatkan kerjasama investasi dan perdagangan bagi pelaku usaha dengan memberikan kemudahan perijinan usaha.
Baca juga : Tantangan dan Harapan Kabupaten Bungo 2022
Kelima, meningkatkan riset dan inovasi bekerjasama dengan perguruan tinggi dalam pengembangan riset unggulan daerah yang memberikan nilai tambah dan manfaat bagi daerah. Keenam, mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital bersama dengan media untuk meningkatkan akses informasi dan pemasaran bagi petani, nelayan dan UMKM. Ketujuh, meningkatkan kerjasama dan kemitraan dengan BPS, lembaga riset dan perguruan tinggi dalam penyediaan data, informasi dan pengetahuan sebagai pondasi dari pengembangan manajemen pengetahuan (knowledge management) dan perumusan kebijakan berbasis bukti dan pengetahuan (knowledge and evidence based policy making).
Kita semua harus tetap semangat dan optimis dalam setiap langkah, dan bersikap adaptif dalam memanfaatkan peluang usaha tahun 2022. Selamat Tahun Baru. Tahun 2022 menjadi tahun pemantapan dan tahun penuh harapan bagi pemulihan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat Jambi.(***)
Komentar