Mengenal Lebih Dekat Sosok Jaksa Anugerah Riski Putra, Muda dan Energik

JAKSA merupakan sosok yang sangat penting dalam penegakan hukum di Tanah Air. Sesuai dengan perannya, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan.

Kejaksaan memiliki banyak tugas dan wewenang antara lain di bidang pidana sebagai penuntut umum, pelaksana petetapan hakim dan putusan pengadilan, sebagai intelijen dalam peningkatan kesadaran hukum masyarakat, pengamanan peredaran barang cetakan, pengawasan aliran kepercayaan dan pencegahan penodaan agama, sebagai Pengqacara untuk dan atas nama negara/pemerintah dalam perkara perdata dan tata usaha negara, sebagai penyelidik dan penyidik dalam perkara korupsi dan HAM berat serta wewenang lainnya.

Berdasarkan undang-undang, oleh karena itu tentu lembaga kejaksaan banyak memiliki jaksa-jaksa yang handal dan mumpuni dalam proses penegakan hukum untuk menjalankan tugas dan wewenangnya, salah satunya jaksa yang berasal dari Provinsi Jambi ini.

Kali ini, penulis tertarik dengan salah seorang jaksa yang masih muda dan energik yang berasal dari Provinsi Jambi. Jaksa satu ini merupakan salah satu lulusan terbaik yang mendapatkan peringkat 20 besar dari 450 calon jaksa yang lulus Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Jaksa (PPPJ) angkatan LXXVII tahun 2020 setelah sebelumnya menjalani masa menjadi calon jaksa selama hampir 3 (tiga) tahun pada Kejaksaan Negeri Sarolangun.

Ia merupakan putra asli kelahiran Sungai Penuh, Kerinci, Jambi, pada tanggal 2 Agustus 1992 dan merupakan anak kelima dari lima bersaudara dari Ibu Iryanti dan Bapak Yuhardi. Pria yang bernama lengkap Anugerah Riski Putra ini memiliki hobi membaca.

“Kalau ditanya hobi kebetulah hobi membaca, apalagi buku-buku lama yang berbau religi atau berbau sejarah, diantaranya berjudul Pribadi (Buya Hamka), The Art of War (Sun Tzu), Concpiracy Theories (Will Bryan) dan lain-lain” katanya.

Lalu apa alasannya Riski menyukai buku sejarah? lalu ia menjawab “Karena sejarah mengajarkan kita berfikir secara kronologis sehingga menjadi pedoman dan pijakan untuk berbuat ke masa depan,” jawabnya.

Jaksa yang akrab disapa Riski ini mengungkapkan bahwa sebelum bekerja di Korps Adhyaksa, ia pernah menjadi guru Bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jawa Timur.

“Ia, dulu setelah tamat kuliah pernah belajar Bahasa Inggris di Pare Kediri selama kurang lebih 8 (delapan) bulan kemudian mengajar disana hampir 2 (dua) tahun, saya ingat betul, waktu itu honornya masih 400 ribu perbulan. Sempat juga menjadi tour guide di Jogja selama beberapa bulan. Alhamdulillah banyak pelajaran-pelajaran hidup yang didapat disana dari orang-orang yang hebat” ungkap Riski.

Lalu ia melanjutkan, sempat pernah tes di Pertamina, Mahkamah Agung dan Kejaksaan RI. Namun, akhirnya tahun 2017 lulus di Kejaksaan RI, semua itu berkat dukungan dan doa dari kedua orang tua, keluarga, para guru dan teman-teman semuanya. Ia merupakan alumni Universitas Negeri Jambi dan SMA Negeri 1 Sungai Penuh.

Sosok jaksa humble dan murah senyum ini juga mengungkapkan bahwasanya ia mewarisi darah hukum dari orang tua dan kakak-kakaknya yaitu Welly Irdianto, SH.MH., Dicki Irvandi SH.MH, Mahesa Erlangga, SH.MH dan Prabu Mandala Putra, SH.MH.

“Dulu sering banget diledekin sama teman-teman, sampai dibilang keluarga hukum, gak ada variasi haha….,” tandasnya.

Saat ini, jaksa Riski berpangkat Ajun Jaksa Madya dan merupakan salah satu jaksa penyidik, penuntut umum dan eksekutor pada Kejaksaan Negeri Bungo yang dipimpin oleh Kepala Kejaksaan Sapta Putra, SH.M.Hum.

Ada banyak kasus yang telah ditanganinya mulai dari kasus korupsi, perjudian, pencurian, penggelapan, pengrusakan dan lain sebagainya. Hingga kasus yang menjadi musuh bersama saat ini yaitu Narkotika. Dari sekian banyak kasus yang ditangani kasus apa yang paling menantang dan menarik? lalu Riski menjawab “kasus korupsi”.

Lalu apa kesan dan harapan bekerja di Kejaksaan? Ia menjawab “Pada intinya merasa bangga menjadi bagian dari Korps Adhyaksa dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Tri Krama Adhyaksa.

Bagi Riski, banyak ilmu-ilmu berharga yang didapat selama menjadi insan Adhyaksa. Di Kejaksaan Negeri Bungo, selama kurang lebih dinas delapan bulan disini. Ia banyak bergaul dengan teman-teman di Bungo, jika waktu libur ia juga suka memancing bersama rekan kerja.

Ketika ditanyai masalah yang paling menarik yaitu “status” pria yang menyukai musik pop dan rock klasik ini cenderung mengelak dan sambil tersenyum .

Lalu ia mengatakan, “Hehe.. belum, masih single,” tutupnya. (ton)

Komentar