SAROLANGUN – Delapan orang pegawai Setda Kabupaten Sarolangun yang sempat dinyatakan reaktif pada Rabu (7/10) lalu, justru dinyatakan non reaktif setelah melakukan rapid test di RSUD Sarolangun, pada Kamis (8/10). Bahkan beberapa dari mereka, juga dirapid test ulang oleh Dinkes Sarolangun. Hasilnya juga non reaktif.
Memangnya hasil rapid test bisa berubah-ubah? Menurut Kepala Dinas Kesehatan Sarolangun Bambang Hermanto, hasil rapid test bisa saja berubah. “Sayo raso biso. Karena itu kan alat kan, jadi sayo raso biso be,” akunya via ponsel, Kamis (8/10).
Kata dia, pihaknya sudah berkali-kali melakukan rapid test terhadap pegawai Setda Sarolangun pada Rabu (7/10) lalu itu. “Kalau dia tidak reaktif, mungkin itu pengaruh imun tubuhnyo bisa jadi. Pada saat kemarin bisa jadi ini,” katanya.
“Contoh kemarin yang positif di Mandiangin itu. Dirapid oleh dokter di sano, dio non reaktif. Dio dirawat di sano. Di sano non reaktif, tibo di rumah sakit reaktif, karena ada jeda gitu,” imbuhnya.
Bambang menegaskan bahwa semua alat rapid test sama. Tidak ada yang mahal ataupun murah. “Kalau bahasa itu dakdo. Kami alat itulah. Kadang kami ado bantuan alat dari provinsi. Samo bae, dakdo,” ujarnya.
Sementara, salah satu pegawai Setda Sarolangun yang sempat dinyatakan reaktif, mengatakan bahwa hari ini dirinya dan 7 orang lainnya, sudah melakukan rapid test di RSUD Sarolangun.
“Hasil rapid test di rumah sakit non reaktif. Akhirnyo orang dinkes nyuruh tes lagi. Disuruh rapid lagi tadi di Gunung Kembang. Hasilnya non reaktif. Kalau seandainya non reaktif, kenapa harus diswab. Kalau mereka ngotot nyuruh kami swab, swab aja orang satu kantor,” ungkap sumber yang minta namanya tak disebut.
Karena masih kesal, sumber mengatakan bahwa dinkes lah yang salah. “Berartikan kesalahan mutlak dari dinkes. Kenapa mereka berani mengatakan orang reaktif tanpa bukti data yang akurat. Buktinya satu, kenapa dia salah. Seharusnya cari orang yang kompeten di situ (Dinkes Sarolangun). Kalau orang dinkes, seharusnya ada orang kesehatan yang turun,” katanya.
Sumber juga mempertanyakan kenapa hasil rapid test bisa berbeda. “Kok hasilnya bisa beda. Padahal dengan orang yang sama rapidnya. Oh ayuk (petugas dinkes) tu tadi bilang kemarin alatnya jelek, hari ini alatnya yang bagus. Kugarisbawahi nian omongan dio tadi,” ungkapnya.
Sekadar mengingatkan, Rabu (7/10) lalu, pegawai Setda Sarolangun mulai dari honorer, staf dan pejabat dirapid test massal oleh Dinas Kesehatan, di ruang Pola Kantor Bupati Sarolangun.
Dari 138 orang yang mengikuti rapid test, 8 orang di antaranya dinyatakan reaktif. Delapan orang ini diminta menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Juga diminta uji swab. (skm)
Komentar